Sabtu, 30 April 2011

telur rebus

Telur merupakan sumber protein yang kaya akan kandungan gizi. Kandungan asam amino yang terdapat dalam telur lebih lengkap dari sumber protein lainnya, seperti daging ayam, tahu, tempe dan lain-lainnya. Dalam setiap 100 gram telur ayam akan terdapat 162 kcal kalori, 12,8 gr protein, 11,5 gr lemak, 0,7 gr karbohidrat, 900 SI vitamin A dan 0,10 mg thiamin. Selain mengandung zat gizi yang tinggi telur juga kandungan kolesterol dimana dalam setiap 100 gram adalah sebesar 424 mg.

Kandungan dalam telur yang dapat dikonsumsi ada dua yakni bagian kuning telur dan putih telur. Hampir separuh lebih kandungan gizi dari telur itu terdapat pada bagian putih telur, sedangan separuh kurang ada pada bagian kuningnya.

Sayangnya kebiasaan masyarakat di Indonesia menyediakan telur untuk dikonsumsi dalam keadaan matang, walaupun ada juga yang menyajikan dalam keadaan setengah matang. Karena proses pematangan, baik dengan cara digoreng maupun direbus (dikukus) mengakibatkan separuh lebih kandungan gizi telur itu menjadi sampah atau tidak mampu dicerna oleh tubuh kita. Hal ini disebabkan oleh berubahnya bentuk putih telur menjadi gel setelah melalui proses pematangan. 

Putih telur yang sudah menjadi gel tidak mampu dicerna oleh tubuh kita. Dengan demikian hanya bagian kuning telur saja yang akan diserap tubuh. Itu artinya separuh lebih kandungan gizi yang terdapat dalam telur terbuang begitu saja. Tetapi juga sekaligus membuang separuh lebih dari kandungan kolesterol (lemak jahat) dalam telur itu.

Sabtu, 23 April 2011

Khasiat Buah Alpukat

kasiat buah alpukat
Alpukat termasuk buah yang istimewa karena mengandung lemak 20-30 kali lebih banyak dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Kandungan lemak ini dapat memberikan energi yang cukup ketika dikonsumsi. Jenis lemak yang dikandungnya adalah lemak tak jenuh, yang kebetulan mudah dicerna dan berguna bagi tubuh. Dengan demikian, alpukat menyedikan energi yang cukup tinggi dibalik rasanya yang gurih dan lezat serta tidak pahit.
Jika dipilah, kandungan nutrisi yang dikandung satu buah alpukat adalah sebagai berikut: 95 mg fosfor; 23 mg kalsium; 1,4 mg zat  besi; 9 mg sodium; 1,3 mg potasium; 8,6 mg niacin; 660 mg vitamin A; dan 82 mg vitamin C.

Selain kaya lemak, buah alpukat juga kaya akan mineral yang kesemuanya berguna untuk mengatur fungsi tubuh dan menstimulasi pertumbuhannya. Zat besi dan tembaga yang terkandung di dalamnya membantu proses regenerasi darah merah dan mencegahanemia. Juga, kandungan serat secara simultan membantu proses pencernaan. Selain itu, ia dapat menurunkan kadar kolesterol yang tinggi karena mengandung karbohidrat dan lemak tak jenuh.

Jika disimpulkan, berikut ini khasiat buah alpukat bagi kesehatan tubuh kita:
·         Sumber vitamin E dan B
·         Menurunkan kolesterol darah
·         Melembabkan kulit
·         Membantu regenerasi darah merah
·         Mencegah anemia
·         Mencegah konstipasi
·         Mencegah malnutrisi
·         Sumber kandungan lemak tak jenuh

Selasa, 19 April 2011

Penyakit Akibat Lalai Mengonsumsi Buah dan Sayur serta Solusi Penyembuhannya



Ada ungkapan bijak yang mengatakan kesehatan tercermin dari apa yang Anda makan. Pola makan yang buruk akan mengakibatkan kemunculan  beragam  penyakit. Sebaliknya, pola makan yang baik akan menjadikan tubuh bugar dan sehat. Ada hubungan sejajar antara pola perilaku makan dan kesehatan. Dalam gemuruh modernitas seperti saat ini, semua orang lebih menyukai makanan instan dan mengabaikan makanan nabati.
“Kegilaan” akan makanan instan sejatinya banyak melahirkan dampak negatif terhadap kesehatan tubuh. Hal ini disebabkan makanan instan kebanyakan mengandung pengawet, pewarna, pemberi rasa, tinggi lemak, tinggi protein, banyak gula dan garam, tetapi rendah serat. Pola makan seperti ini menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung koroner, stroke, obesitas, hingga kanker.
Jika Anda ingin terhindar dari ragam penyakit tersebut, sudah seharusnya Anda membiasakan pola makan sehat, yaitu dengan banyak mengonsumsi buah dan sayuran sebagai sumber vitamin, mineral esensial, serta nutrisi mikro yang penting bagi kesehatan tubuh. Buah dan sayuran juga mampu mendetoksifikasi tubuh dari beragam zat karsinogen penyebab kanker.
Buah dan sayur juga mengandung antioksidan tinggi. Antioksidan ini mampu mengubah sel-sel tubuh menjadi pengamanan untuk melawan  radikal  bebas  penyebab  berbagai  penyakit Sebenarnya, radikal bebas yang tidak terkontrol bisa menyebabkan kerusakan sel-sel. Disinilah antioksidan dalam buah dan sayuran mengambil peranan. Antioksidan akan mencegah berkembangnya radikal bebas dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak.
Seseorang yang mengabaikan atau bahkan antimakan buah-buahan dan sayur-sayuran akan menghadapi masalah besar dalam hidupnya. Tubuhnya akan menjadi ‘surga’ berbagai macam penyakit. Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis ragam penyakit akibat mengabaikan menu makanan yang kaya akan gizi dan protein, yaitu buah-buahan dan sayuran segar. 

Daya Tahan Fisik Lemah
Orang yang jarang mengonsumsi buah-buahan dan sayuran daya tahan fisiknya lemah. Hal ini disebabkan oleh tubuh orang tersebut ‘miskin’ vitamin B kompleks, vitamin C, E, seng, besi, magnesium, dan potasium. Supaya fisiknya tetap bugar dan fit, orang itu harus rajin mengonsumsi jus wortel, jahe, bayam, peterseli, selada air, buah apel, jeruk, leci, kiwi, dan buah atau sayuran lainnya. Buatlah jus buah dengan komposisi sebagai berikut:
  • 4 buah wortel, 2 cm jahe, 3 lembar daun bayam, ½ genggam peterseli, dan 6 tangkai selada air; atau
  • 3 lembar daun bayam, 5 buah wortel, dan brussel sprout, atau
  • 6 lembar daun bayam, 1 apel, ¼ jeruk nipis, 6 buah leci, dan 4 buah kiwi. Tambahkan air sesuai kekentalan yang diinginkan.


Stres atau Depresi
Seseorang yang pola makannya ‘miskin’ buah-buahan dan sayuran akan mudah terserang stres dan depresi. Hal ini disebabkan tubuh orang itu kekurangan vitamin B kompleks, vitamin C, zat besi, dan magnesium. Untuk menghilangkan kesuntukan hati, pikiran keruh, dan tekanan jiwa yang tak tertahankan hendaknya banyak mengonsumsi buah melon, anggur, bayam, dan makanan nabati lainnya. Buatlah jus buah dengan komposisi sebagai berikut:
  • 220 gr melon dan 6 lembar daun bayam; atau
  • 4 lembar daun bayam dan 110 gr anggur merah.
Flu
Seseorang yang jarang makan buah-buahan dan sayuran akan rawan terkena penyakit flu. Penyebabnya yaitu dalam tubuhnya kekurangan vitamin C, betakaroton, dan seng. Orang yang terjangkiti penyakit flu hendaknya mengobati sakitnya dengan mengonsumsi buah jeruk, jambu biji dan jambu air, pepaya serta makanan nabati lainnya. Jika terkena flu buatlah jus buah dengan komposisi bahan sebagai berikut:
  • 1 buah jeruk yang besar dan 1 buah jambu biji da air; atau
  • 2 buah jeruk yang besar, 1/2 jeruk lemon, 1/z buah jeruk nipis, dan 1 buah pepaya.
Tekanan Darah Tinggi
Penyakit tekanan darah tinggi, bisa disebabkan karena tubuhnya ‘miskin’ potasium, kalsium dan magnesium. Orang yang mengidap tekanan darah tinggi hendaknya rajin mengonsumsi buah anggur, pir, ceri, serta buah-buahan yang lain. Buatlah jus buah dengan komposisi:
  • 110 gr buah ceri, 170 gr buah anggur, dan 1 buah pir.
Gangguan Pencernaan
Orang yang jarang makan buah-buahan dan sayuran, tubuhnya bakal kekurangan gizi yang berupa asam folat dan betakaroten. Untuk menyingkirkan gangguan pencernaan dalam tubuh dianjurkan rajin mengonsumsi wortel, lobak cina, seledri, apel, mentimun, dan buah-buahan lainnya. Sembuhkan gangguan pencernaan dengan membuat jus buah dengan komposisi:
  • 3 buah wortel, 1 buah lobak cina, dan 2 buah apel; atau
  • 3 buah apel, ¼ buah mentimun, dan 4 tangkai selada air.



Gusi Berdarah
Gusi berdarah bisa muncul karena tubuh kekurangan vitamin C, kalsium, dan magnesium. Untuk menyembuhkan gusi berdarah, hendaknya rajin mengonsumsi buah apel, pir, daun bayam, wortel, seledri, peterseli, dan buah-buahn yang lain. Solusi penyembuhan gusi berdarah dengan membuat jus buah dengan konsumsi:
  • 4 lembar daun bayam, 3 buah apel, dan 1 buah pir; atau
  • 6 lembar daun selada, 5 buah wortel, dan segenggam peterseli.
Gangguan Mata
Gangguan pada mata bisa diakibatkan karena tubuh kekurangan gizi yang berupa betakaroten. Gangguan mata, utamanya kelelahan mata bisa diatasi dengan banyak mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan lainnya. Jika mata lelah, buatlah jus buah dengan komposisi bahan sebagai berikut:
  • 6 buah wortel dan 4 tangkai selada air.
Kulit Keriput
Kulit keriput bisa disebabkan karena tubuh kekurangan gizi yang berupa vitamin B2, C, E, silikon, selenium, dan potasium. Agar kulit tetap kencang, hendaknya banyak mengonsumsi wortel, pir, seledri, peterseli, dan buah-buahan segar lainnya. Buatlah jus buah dengan komposisi:
  • 4 buah wortel, 1 buah pir, 6 lembar daun seledri, dan segenggam peterseli.
Artritis
Orang yang tubuhnya kekurangan niasin, vitamin B3, vitamin C, kalsium, dan selenium akan mudah terkena penyakit artritis. Agar terhindar dari penyakit tersebut, hendaknya rajin mengonsumsi buah wortel, selada air, jambu biji, nanas, dan jeruk nipis. Buatlah jus buah dengan komposisi sebagai berikut:
  • 4 buah wortel dan 6 tangkai selada air; atau
  • 1 buah jambu biji, ¼  buah jeruk nipis, dan 2 cm nanas potongan melintang.

Osteoporosis
Orang yang jarang  makan  buah dan  sayuran  tubuhnya akan mudah menderita penyakit osteoporosis, sebab tubuh kekurangan vitamin D dan kalsium. Untuk mencegah osteoporosis bisa dilakukan dengan cara rajin mengonsumsi wortel, apel, kuntum brokoli, peterseli, serta buah dan sayuran segar lainnya. Jika terjangkili osteoporosis, buatlah jus buah dengan komposisi sebagai berikut:
  • 3 buah wortel, 1 buah apel, 4 kuntum brokoli beserta batangnya dan ½ genggam peterseli.
Jerawat
Jerawat di wajah bisa disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B2, C, E, betakaroten, potasium, dan seng. Untuk mengusir jerawat bisa dilakukan dengan rajin mengonsumsi wortel, lobak cina, jahe dan buah serta sayuran lainnya. Cobalah membuat jus buah dengan komposisi bahan sebagai berikut:
  • 4 buah wortel, 1 buah lobak cina, dan 2 cm jahe.
Kulit Kusut
Orang yang jarang makan buah-buahan dan sayuran, kulitnya bakal kusut dan terlihat kusam. Hal ini disebabkan tubuh ‘miskin’ gizi yang berupa vitamin B2, C, E, betakaroten, dan potasium. Orang tersebut, hendaknya rajin mengonsumsi buah anggur merah, strowbery, jeruk, jambu biji, dan buah-buahan lainnya. Obati kulit kusut dengan membuat jus buah yang mempunyai komposisi bahan sebagai berikut:
  • 110 gram buah anggur merah dan 10 buah strowbery; atau
  • 2 buah jeruk, 1 buah jambu biji, dan !/2 buah jeruk nipis.
Sembelit
Sembelit atau konstipasi adalah tanda bahwa pencernaan sedang terganggu. Agar terhindar dari gangguan-gangguan tersebut hendaknya rajin mengonsumsi buah sirsak, nanas, pepaya, dan buah-buahan lainnya. Buatlah jus buah dengan komposisi bahan sebagai berikut:
  • 250 g sirsak, 100 g nanas, 100 g pepaya, 2 sendok makan air jeruk nipis, 2 sendok makan madu, dan 100 cc air dingin atau es.
Kanker
Jika tidak ingin terjangkiti kanker, hendaknya rajin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar, misalnya semangka, jahe, dan makanan nabati lainnya. Jika ada gejala kanker atau bah-kan terjangkiti kanker, buatlah jus buah dengan komposisi bahan sebagai berikut.
  • 250 g buah semangka, 250 ml air, 125 ml sari jahe, 2 sendok makan gula pasir, dan 1 ons irisan jahe.
Kelebihan Kolesterol Darah
Agar tubuh terhindar dari penyakit kolesterol, hendaknya rajin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran seperti nanas, wortel, dan mentimun. Jika tubuh mengidap kolesterol darah berlebih, buatlah jus buah dengan komposisi bahan sebagai berikut:
  • 100 gr wortel, 100 gr mentimun, 250 gr nanas matang, 4 buah cabai merah, 50 ml cuka, 400 ml air, 100 gr gula merah, dan garam secukupnya.
Sariawan
Agar tubuh terhindar sariawan, hendaknya rajin mengonsumsi buah jeruk, melon, jeruk nipis, dan buah-buahan lainnya. Solusi untuk ‘mengusir’ sariawan ialah dengan membuat jus buah melon atau jeruk. Dapat juga dengan membuat teh jeruk segar. Buatlah minuman teh jeruk segar dengan komposisi bahan sebagai berikut:
  • 2 kantong teh celup, 500 ml air mendidih, 60 ml air jeruk nipis, 50 cc madu, 250 g nanas (cincang kasar), 500 ml sari jeruk lemon, 150 g melon (potong kecil-kecil), dan 2 buah jeruk lemon berkulit (iris tipis). 
Dan, masih banyak lagi jenis penyakit yang menyerang orang yang enggan atau bahkan anti-mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Tidak mungkin untuk menyebutkan satu per satu dalam artikel ini. Oleh karena itu, mulai sekarang, di hari ini juga, BIASAKANLAH diri Anda untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, terlebih lagi yang masih mentah.

Sabtu, 16 April 2011

khasiat dan kandungan gizi tempe

Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
 Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.

Asam Lemak
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya.
Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.

Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.



Kondisi Fisik dan Peranannya dalam Olahraga Prestasi

Kondisi Fisik dan Peranannya dalam Olahraga Prestasi
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik, taktik dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal. Harsono (1988:153) menjelaskan bahwa:
 Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Setiawan (1992:110) menjelaskan lebih lanjut bahwa, “Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat.”

Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat mengganggu penampilannya, oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan dalam olahraga. Harsono (1988:153) mengemukakan sebagai berikut:

Apabila kondisi baik maka:
1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik.
3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan.
4. Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.
5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan.

Kalau faktor-faktor tersebut kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematika latihan kurang sempurna, karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.

Bola basket merupakan olahraga yang dinamis dan menuntut kesiapan fisik yang prima dengan dukungan teknik, taktik dan mental yang memadai. Pergerakan pemain dalam pertandingan, baik dengan bola maupun tanpa bola sangat cepat dan dengan hilir mudik mencari-cari celah daerah yang dapat diterobos untuk memasukkan bola ke ring lawan. Kondisi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga begitu menguras energi dan menyebabkan kelelahan.

Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa dengan kondisi fisik yang prima maka akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik, akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan, akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, maka hal ini memperjelas bahwa kondisi fisik sangat berperan dalam olahraga bola basket terutama untuk dapat bermain bola basket dengan dinamis tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atlet dalam cabang olahraga tertentu. Atlet yang memiliki kualitas fisik yang baik maka kualitas gerak atau keterampilan motoriknya cenderung baik pula. Setiawan (1991:110) mengatakan, bahwa “Dalam hal lain kondisi fisik juga berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar seseorang mencapai hasil kerja yang lebih produktif.”
Pertimbangan kondisi fisik itu harus dikembangkan didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada suatu cabang olahraga tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik secara keseluruhan, sedangkan pada cabang lain mungkin hanya sebagian saja. Jadi masalah peran komponen kondisi fisik ini bersifat relatif, karena bergantung pada karakteristik cabang olahraganya. Hal ini dijelaskan Harsono (1988:153) sebagai berikut: “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.” Selanjutnya Moeloek (1984:12) menyatakan bahwa, “Peningkatan yang diperoleh dari latihan fisik dapat dilihat antara lain berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, peningkatan keterampilan (skill) dan sebagainya.”

Dengan demikian maka jelaslah bahwa latihan kondisi fisik merupakan bagian yang paling mendasar dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet. Oleh karena itu dalam proses pelatihan suatu cabang olahraga perlu adanya penekanan pada aspek fisik tanpa mengenyampingkan kondisi-kondisi lainnya seperti teknik, taktik dan mental para atlet.

Sajoto (1988:16) mengatakan, “Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi.” Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya.

Peran komponen kondisi fisik terlihat sangat menonjol dalam olahraga bola basket dan pada level pertandingan tertentu olahraga bola basket berlangsung sangat dinamis. Seorang atlet bola basket di level tersebut harus dapat menggunakan berbagai teknik permainan dengan dukungan fisik yang prima, karena biasanya berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan intensitas yang tinggi.
Aspek fisik sebagai dasar prestasi dalam olahraga seperti daya tahan kardio-respiratori, daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan, kecepatan, daya ledak otot, kelincahan, keseimbangan, koordinasi dan akurasi adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam sebagian besar cabang olahraga, termasuk olahraga bola basket. Dengan demikian para pelatih, pembina, maupun atlet olahraga bola basket harus dapat mengetahui unsur-unsur fisik yang dibutuhkan oleh setiap cabang olahraga yang digelutinya, khususnya olahraga bola basket.

Kualitas kondisi fisik menggambarkan kemampuan kerja dari komponen-komponen fisik yang lazim disebut dengan kebugaran jasmani. Giriwijoyo (1992:15) menjelaskan, “Kebugaran jasmani ialah kecocokan keadaan fisik terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu, atau dengan perkataan lain: untuk dapat melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil baik diperlukan syarat-syarat fisik tertentu sesuai dengan tugas fisik itu.” Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki kebugaran jasmani tertentu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk perkerjaannya. Seorang atlet memerlukan kebugaran jasmani yang tentunya berbeda sekali tingkatnya dengan seorang individu biasa. Jadi dalam memperhitungkan kebugaran jasmani itu harus sesuai dengan sumber daya orang yang bersangkutan dan tidak boleh dihubungkan dengan daya yang ada pada orang lain.

Sumosardjuno (1989:8) menyatakan sebagai berikut:
Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan yang mendadak. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas-tugasnya dengan baik, meskipun dalam kondisi yang sulit, dimana mereka dengan kesegaran jasmani yang kurang tidak dapat melakukannya.


Kebugaran jasmani itu sendiri terdiri atas beberapa komponen seperti yang dijelaskan oleh Nurhasan (1991:34), bahwa “Komponen kebugaran jasmani meliputi: 1) Strength (kekuatan), 2) Power (daya), 3) Speed (kecepatan), 4) Flexibility (kelentukan), 5) Agility (kelincahan), dan 6) Endurance (daya tahan).”
Depdikbud (1984:55) menyatakan sebagai berikut:


Beberapa komponen kebugaran jasmani adalah 1) Kekuatan otot dan daya tahan otot, 2) Daya tahan terhadap penyakit, 3) Daya tahan cardiovascular-respiratory, 4) Daya tahan otot (muscular power), 5) Kelentukan, 6) Kecepatan, 7) Kelincahan, 8) Koordinasi, 9) Keseimbangan, 10) Kecermatan/ketelitian.


Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis kemukakan bahwa komponen-komponen kebugaran jasmani itu terdiri atas daya tahan umum, daya ledak otot, kelentukan, kecepatan dan daya tahan otot.

Jumat, 15 April 2011

psikologi petualangan

Dalam dunia psikologi kita mengenal adanya psychology of adventure atau psikologi petualangan dimana psikologi petualangan ini dimanfaatkan untuk membantu para aktivis kegiatan alam bebas dalam melakukan kegiatannya. Misalnya dalam proses seleksi sebuah tim ekspedisi dimana para psikolog dapat membantu memformulasikan profil kepribadian tertentu yang diharapkan bagi pembentukan tim atau menformulasikan dimensi yang akan dikembangkan sebagai acuan untuk mengembangkan diri.

Buat pecinta alam di Indonesia persiapan psikologis secara praktis sebenarnya sudah biasa dilakukan, namun sayangnya belum pada tingkatan yang diangkat ke kesadaran untuk memperhatikannya secara lebih mendalam. Artinya secara konsisten melibatkan disiplin ilmu psikologi dalam setiap aktifitasnya. Sebab ternyata aspek psikologis begitu berpengaruh dalam kegiatan arung jeram dan juga kegiatan alam bebas lain, baik dalam pembentukan kematangan emosional, konsep diri, dinamika kelompok atau pun proses mengambil keputusan.
Mendefinisikan Kembali  Arti  Petualangan

Dalam banyak konteks kegiatan kita sering kali menemui distorsi negatif dari kata ”petualangan”. Misalkan saja ”naik gunung”. Dalam konteks ini petualangan diartikan sebagai sebuah perjalanan dimana tujuan dan maknanya tidak jelas. Tak ayal dalam kehidupan sehari-hari kita menemui pertanyaan : ”Untuk apa ya..... naik gunung. Bila sudah susah payah mendaki...... akhirnya susah-susah pula untuk turun lagi. Paling-paling cuma rasa capek yang akan didapatkan”. Mendaki gunung dipersepsikan sebagai sebuah perjalanan naik gunung yang tanpa ada tujuannya, kecuali mendapatkan kelelahan yang didapatkan.

Untuk meredefinisikan kembali arti petualangan, sebaiknya kita berbenah dulu dengan menciptakan tools sebagai alat ukur untuk pengembangan diri (agar tujuan dari petualangan yang dilakukan adalah jelas dan terukur oleh siapapun) sehingga argumen yang diberikan bersifat ilmiah.

Salah satu cara sebagai alat ukur yang bisa dipakai adalah mengembangkan kompetensi perilaku dalam melakukan kegiatan petualangan. Hal-hal yang perlu kita kaji adalah dimensi daya juang, daya tahan, keuletan, komunikasi, leadership dan sebagainya. Dengan metode yang tepat dan menggunakan tools kompetensi diharapkan kita dapat memberi makna positif dari definisi petualangan yang mampu memberikan makna pengembangan diri dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Tools ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk asesmen para pengiatnya, dimana dilakukan pre test dan post test untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan kepecintalaman berpengaruh terhadap perkembangan dan tingkat kematangan seseorang yang berkecimpung didalamnya.
Selanjutnya beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pecinta alam akan kami bahas dibawah ini :

Motivasi Dasar

Motivasi merupakan proses untuk mengatur aktifitas manusia, yaitu dorongan untuk bertindak dan untuk tidak bertindak. Dengan mengetahui motivasi, kita akan mengetahui bagaimana memahami beraneka ragamnya tipekal orang, kenapa ada yang penuh kesungguhan melakukan aktifitasnya, ada yang ogah-ogahan, dan ada juga yang benar-benar tidak serius.

Motivasi dapat kita artikan sebagai berikut:

”Motif adalah penggerak dan pendorong manusia bertindak dan berbuat sesuatu”.

Heckhausen (1967) mengutarakan bila motivasi merupakan aktualisasi dari motif, maka dapat diajukan batasan motivasi sebagai berikut :

”Motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu”.

Ada banyak alasan mengapa seseorang aktif dalam kegiatan pecinta alam. Menurut Mc Clelland dan Atkinson dalam melakukan studi sosialnya mengajukan ada tiga motif sosial yang utama, yaitu :

1. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achivement).

2. Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for affiliation).

3. Kebutuhan untuk berkuasa (need of power).

Menurut jenis kebutuhan dasar manusia sebagaimana teori Maslow, motivasi dasar manusia adalah:

1. Physiological needs: are the most prepotent of all needs (hunger, sex, and thirst, etc...).

2. Safety need: security, stability, dependency, protection, freedom from fear, from anxiety, and chaos, need for structure, order, law, limitation, strength in the protector, and so on.

3. Belongingness and love needs: need to overcome the widespread feeling of alienation, strangeness, and loneliness, love and affection need.

4. Esteem needs: need or drive a stable firmly based, usually high evaluation of themselves for self-esteem, and for the esteem of other.

5. Need for self actualization: desire to self fulfillment, to the tendency for him to become actualized in what he is potentially.

Karakteristik Pelaku

Secara gradual kita dapat menggolongkan karakteristik perilaku penggiat pecinta alam bebas dalam prespektif risk taking sebagai berikut :

1. Mereka yang Berani Menghadapi Tantangan (Risk Taker)

Mereka mempunyai dorongan untuk memuaskan adrenalinnya. Dalam sisi kehidupannya, yang bersangkutan berani menghadapi tantangan kehidupannya dan mengambil resiko dari kesempatan yang datang kepadanya.

2. Mereka yang Bermain Aman (Safety Player)

Mereka mencari tempat yang aman untuk melakukan kegiatan. Mereka mencari jalan yang lebih mudah dalam meniti jeram yang tidak beraturan dalam berarung jeram. Mereka lebih suka berada dalam zona aman yang terukur, terprediksi, sudah dikenal, aman dan nyaman.

3. Mereka yang Menyerah (Quitters)

Di sekitar kita ada banyak orang dimana mereka memilih untuk berhenti dari perjalanan, mundur dan tidak berani menerima tanggung jawab. Tipikal seperti ini kita sebut quitters, yaitu orang yang menyerah, tidak tuntas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

Kegiatan kepecintaalamanan yang beresiko selalu diidentikan dengan dimensi risk taking. Zuckerman menjelaskan bahwa ada empat sub dimensi dalam ciri Sensation Seeking: (1) “Pencarian Getaran Jiwa dan Petualangan” yang mana berhubungan dengan kemauan untuk mengambil resiko-resiko yang bersifat fisik dan keikutsertaan dalam olah raga yang beresiko tinggi. (2) “Pencarian Pengalaman” yang mana berhubungan dengan kebutuhan akan pengalaman-pengalaman baru dan menyenangkan dan sub dimensi ini dihubungkan dengan semua jenis pengambilan resiko. (3) “Disinhibition” yang mana berhubungan dengan keinginan untuk mengambil resiko-resiko sosial dan keikutsertaan dalam perilaku-perilaku yang beresiko terhadap kesehatan (misalnya pesta minum-minuman keras atau seks bebas). (4) “Kerentanan terhadap Rasa Bosan” yang mana berhubungan dengan sikap tanpa toleransi terhadap hal yang bersifat monoton.

Meskipun ciri Sensation Seeking saat ini sudah diterima secara luas sebagai suatu pengaruh terhadap perilaku pengambilan resiko, para psikolog juga telah mulai mempertimbangkan batasan-batasannya. Sebagai contoh, apakah ciri-ciri kepribadian yang lain juga mempengaruhi pengambilan resiko? Apakah beberapa pengambil resiko meremehkan resiko-resiko yang terkandung di dalamnya? Apa yang akan dilakukan orang bila mereka kurang mempunyai kesempatan untuk ikut serta dalam jenis-jenis pengambilan resiko tertentu? Mengapa beberapa orang mengambil resiko-resiko dalam bidang tertentu dari kehidupan mereka dan bukannya mengambil resiko dibidang yang lain?

Dengan berkembangnya teori dan metodologi dewasa ini, maka sekarang ini makin jelas bahwa gagasan dari kepribadian pengambilan resiko yang universal pada dasarnya adalah cacat. Dengan kata lain, kita harus memperhatikan konteksnya dulu dalam memandang kepribadian pengambilan resiko. Baru-baru ini ada penelitian yang mengungkapkan bahwa tindakan yang beresiko terhadap kesehatan (misalnya penggunaan obat) dan keikutsertaan dalam olah raga beresiko tinggi (misalnya terbang layang) dihubungkan dengan profil-profil psikologis yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan utama adalah orang yang mengambil tindakan yang beresiko terhadap kesehatan lebih bersedia untuk mengambil resiko-resiko sosial, dan mungkin meremehkan resiko-resiko yang ada didalamnya. Sebagai perbandingan orang yang ikut serta dalam olah raga beresiko tinggi lebih stabil secara emosional dan jarang menderita gangguan emosi dan mereka lebih percaya diri bahwa mereka dapat memanage resiko-resiko yang terkandung didalamnya.
Dinamika Psikologis

Para ahli psikoanalisa yang diilhami oleh Freud menyimpulkan bahwa tidaklah normal untuk mengatasi ketakutan-ketakutan alamiah sama sekali, dan perilaku pengambilan keputusan pada kenyataannya merupakan bukti dari pikiran yang sakit. Mereka kurang bisa memahami setiap alasan mengapa orang memilih untuk membahayakan hidup mereka, dan sebagai akibatnya juga termasuk bahwa para pengambil resiko itu bertindak tanpa alasan. Mereka gagal memahami perilaku pengambilan resiko dari dalam batasan-batasan hipotesis mereka sendiri, sehingga mereka menggolongkan perilaku-perilaku beresiko sebagai ekspresi dari kecenderungan untuk bunuh diri, suatu harapan kematian (“Thantos”) atau perasaan tertekan karena tidak cukup jantan. Oleh karena itu dikemukakan bahwa orang-orang seperti para pendaki gunung adalah tidak logis, atau bahkan patologis.

Para pelaku olah raga beresiko tinggi (seperti para pendaki gunung dan pengarung jeram) cenderung sangat percaya diri bahwa mereka dapat mengatur resiko-resiko yang terkandung didalamnya, dan mereka mempunyai teman-teman yang juga memilih untuk mengambil resiko-resiko yang fatal. Mereka bersedia mengambil resiko-resiko fisik untuk memicu timbulnya respon yaitu berjuang atau menghindar, meskipun dengan tindakan tersebut mereka mempercayakan diri mereka sendiri untuk berada dalam kendali resiko-resiko, namun mereka menganggap getaran hebat yang mereka rasakan ini sebagai suatu kegembiraan dan bukannya suatu ketakutan. Hal ini memenuhi kebutuhan mereka yang luar biasa tinggi akan Pencarian Sensasi (Experience Seeking and Thrill and Adventure Seeking) dan memberi mereka perasaan akan kepuasan yang berasal dari latihan pengendalian dalam keadaan berbahaya, yang lebih mereka terima sebagai tantangan daripada ancaman. Oleh karena itu, situasi-situasi yang mengandung resiko namun tidak mengandung suatu tingkat pengendalian pribadi yang besar (seperti berjudi), tidak akan menarik bagi pengambil resiko semacam ini. Pelaku olah raga beresiko kemungkinan besar laki-laki, dan bisa jadi termasuk tinggi dalam hal stabilitas emosionalnya (gangguan terhadap emosinya rendah) menggambarkan adanya kegembiraan untuk menolak stimuli (aversive stimuli) dan rasa gelisah yang rendah bisa memberikan sebagian penjelasan mengenai rasa percaya diri mereka.

Moto dari pengambil olah raga beresiko bisa jadi “siapa yang berani dialah yang menang”. Jika partisipan olah raga beresiko ini harus digambarkan dalam suatu kalimat, bisa dikatakan bahwa mereka adalah seorang pengambil resiko yang yakin dan secara fisik sangat berani yang didorong oleh kebutuhan akan Pencarian Sensasi dan penguasaan / keunggulan sebagai motivasi berprestasinya.